Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memaparkan indeks harga konsumen tercatat deflasi 0,27 persen secara bulanan pada September 2019. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Agustus 2019 di mana terjadi inflasi 0,12 persen. Sementara, inflasi tahunan tercatat 3,39 persen.
Bendahara negara itu menjelaskan deflasi memang terjadi karena ada penurunan harga kebutuhan masyarakat. Namun, hal itu tak serta merta hanya dipengaruhi oleh sisi daya beli masyarakat. Kondisi industri, sambungnya, bisa saja turut mempengaruhi.
Misalnya, terjadi penurunan harga bahan baku yang mempengaruhi operasional produksi. Hal lain, katanya, bisa terjadi karena biaya pengiriman atau logistik yang lebih murah.
Untuk itu, sambung ia, pemerintah tidak langsung khawatir ketika harga kebutuhan masyarakat di Indonesia tiba-tiba mengalami deflasi. Lebih lanjut, pemerintah tentu akan melihat kondisi ini secara mendalam.
Kendati begitu, ia menekankan tingkat inflasi Indonesia masih sangat terbuka untuk mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2019, yaitu sebesar 3,5 persen.
"Saya rasa untuk Indonesia itu masih di dalam konteks target inflasi tahunan," tekannya.
"Harga beras pun menyumbang inflasi, tapi tenang saja karena pemerintah memastikan stok beras masih tetap aman," katanya.
CNN Indonesia
October 02, 2019 at 10:05PM
https://ift.tt/2nLSMFE
Menkeu Nilai Deflasi September Bukan Sinyal Daya Beli Rendah
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Menkeu Nilai Deflasi September Bukan Sinyal Daya Beli Rendah"
Post a Comment