Rupiah tidak melemah sendirian. Sejumlah mata uang di kawasan Asia juga melemah terhadap Dolar. Pelemahan tersebut dialami peso Filipina sebesar 0,22 persen, won Korea 0,64 persen dan won Taiwan 0,39 persen.
Tapi di tengah pelemahan tersebut, sejumlah mata uang Asia lainnya justru menguat. Penguatan dialami oleh baht Thailand sebesar 0,06 persen, rupee India sebesar 0,21 persen, dan yen Jepang yang menguat 0,12 persen.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan rupiah memang mendapatkan tekanan dari kecamuk perang dagang antara China dengan Amerika Serikat yang semakin menjadi. Sebagai informasi, hubungan dagang antara AS dengan China belakangan ini terus memanas.
Beberapa waktu lalu AS berencana memberlakukan tarif 10 persen atas impor barang senilai US$300 miliar asa China. Tarif rencananya diberlakukan 1 September. Tapi kemudian Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu menunda pemberlakuan beberapa tarif impor sampai dengan Desember nanti.Meski ditunda, pihak China mengatakan akan membalas jika AS tetap memberlakukan tarif impor atas barang-barang mereka. "Sentimen tersebut cukup membuat investor khawatir dan menekan rupiah," katanya kepada CNNIndonesia, Senin (26/8) pagi.
Selain dari sentimen perang dagang, Ibrahim mengatakan rupiah juga mendapatkan tekanan dari intervensi yang dilakukan oleh Trump terhadap kebijakan moneter yang diambil oleh bank sentral AS The Fed. Beruntung, rupiah katanya diselamatkan oleh pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan oleh BI pekan lalu.
Ia memprediksi dengan sentimen tersebut, rupiah pada perdagangan awal pekan ini akan tertekan ke kisaran Rp14.228 sampai dengan 14.295 per dolar AS.
[Gambas:Video CNN] (agt/agt)
CNN Indonesia
August 26, 2019 at 05:01PM
https://ift.tt/33TwfXX
Kecamuk Perang Dagang Tekan Rupiah ke Rp14.265 per Dolar AS
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kecamuk Perang Dagang Tekan Rupiah ke Rp14.265 per Dolar AS"
Post a Comment