Sebagai gambaran, jika angsuran lancar, maka perbankan cenderung menawarkan bunga rendah. Sebaliknya, jika angsuran macet, maka perbankan cenderung mematok bunga tinggi. Bunga tinggi tersebut digunakan untuk menutup risiko pembiayaan macet.
"Yang sekarang menjadi kendala adalah masalah premi risiko. Makanya ini yang sama-sama BI, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pemerintah, dan dunia usaha selesaikan," kata Perry, Senin (26/8).
Namun demikian, ia mengaku maklum jika perbankan hati-hati mempertimbangkan profil risiko kredit calon nasabah. Alasannya, dunia usaha menghadapi berbagai tantangan baik dari regulasi pemerintah, perizinan, dan permasalahan di masing-masing bidang usaha.
Menurut dia, permasalahan tersebut harus segera diurai guna mendorong pertumbuhan kredit dunia usaha. "Perlu ekstra effort (usaha) agar premi risiko di dunia usaha itu juga bisa turun," imbuhnya.Bank sentral sendiri baru saja menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) dari 5,75 persen menjadi 5,5 persen pada Agustus 2019 kemarin.
Ia mengatakan penurunan suku bunga acuan bakal diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan. Toh, bank sentral juga telah mengeluarkan kebijakan guna mendorong likuiditas perbankan melalui penurunan rasio Giro Wajib Minimum (GWM) yang dirilis 1 Juli 2019.
Dengan segala kebijakan itu, Perry meminta pelaku usaha untuk segera meningkatkan permintaan kreditnya. Ia mengimbau pelaku usaha untuk berhenti menunggu dan mengamati (wait and see) dalam memutuskan mengembangkan bisnisnya.
"Apapun yang kami lakukan untuk menurunkan suku bunga tidak ada artinya kalau dunia usaha masih wait and see," katanya.Tak hanya mendorong permintaan kredit, Perry juga mendorong pelaku usaha untuk menggenjot investasi. Pertumbuhan investasi menjadi senjata utama pendorong pertumbuhan ekonomi.
Sebab, ekspor yang merupakan tumpuan pertumbuhan ekonomi tengah mengalami ancaman dari perang dagang Amerika Serikat (AS)-China yang berakibat pada perlambatan perdagangan dunia.
"Kami tahu masih banyak faktor regulasi pemerintah, setiap hari kami urai, kami bicara dengan pemerintah. Mari kami uraikan dan selesaikan satu-satu, tetapi jangan sudahlah saya tidak mau investasi. Sebab, agak berat untuk kami mendorong ekonomi," jelasnya.
[Gambas:Video CNN]
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai dampak penurunan suku bunga acuan baru bisa dirasakan sektor riil pada beberapa bulan mendatang. Pasalnya, bank perlu waktu untuk merespons penurunan tersebut.
Meski belum berdampak, ia meyakini begitu bunga kredit bank turun, masyarakat dan dunia usaha akan langsung memanfaatkannya. Selanjutnya, kondisi itu memberikan sentimen positif pada perekonomian.
"Respons dari ekonomi terhadap itu (penurunan suku bunga BI) jarang instan, itu pasti perlu beberapa bulan," terang Darmin, akhir pekan lalu.
(ulf/bir)
CNN Indonesia
August 27, 2019 at 01:06AM
https://ift.tt/2NB7IRB
Gubernur BI Sebut Risiko Kredit Halangi Penurunan Bunga
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gubernur BI Sebut Risiko Kredit Halangi Penurunan Bunga"
Post a Comment