
Koordinator Desk Politik Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), Khalisa Khalid, mengatakan hampir seluruh sumber daya alam di Papua dimanfaatkan oleh pemerintah.
Kemudian, kata Khalisa, negara justru melupakan apa yang telah diberikan oleh Papua. Perlindungan kemanusiaan kepada masyarakat Papua seolah dilupakan oleh pemerintah.
Khalisa mencontohkan pembahasan soal Freeport di Papua oleh elite politik hanya berhenti pada divestasi. Namun, tidak pernah para elite menyinggung soal perampasan tanah milik masyarakat adat. Ditambah juga dengan perambahan hutan sawit yang menyasar pada lahan sagu milik masyarakat adat Papua.
"Tapi fakta yang lain tidak pernah menjadi pembahasan elite politik bagaimana dengan nasib masyarakat adat yang tanahnya sudah dirampas, dicemari, yang berpuluh tahun pelanggaran HAM di sana tidak pernah tersentuh," tuturnya.
"Apa yang negara berikan pada Papua? Yang terjadi malah dibalas dengan bedil, militer, buldoser, korporat, praktik kekerasan, perampasan tanah, dan negara terus melakukan penghancuran hutan dan lingkungan," ucapnya.
Sekjen AMAN, Rukka Simbolingi, menyebut perbandingan masyarakat Papua justru lebih sedikit ketimbang pendatang. Kini jumlah masyarakat Papua hanya 40 persen dibanding pendatang.
Dalam hal ketenagakerjaan, kata Rukka, masyarakat Papua pun dianggap tidak memiliki intelektualitas. Bahkan stigma rasis masih melekat pada mereka.
"Apa yang terjadi bagi Papua sekarang? Jumlah perbandingan statistik dan ini hasil statistik dari pemerintah, jumlah masyarakat asli Papua saat ini 40 persen dibanding 60 persen pendatang," tuturnya. (gst/ayp)
CNN Indonesia
August 21, 2019 at 08:15AM
https://ift.tt/2Nkhkjr
Walhi Sebut Papua Banyak Berkorban untuk Bangun Indonesia
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Walhi Sebut Papua Banyak Berkorban untuk Bangun Indonesia"
Post a Comment