Video yang beredar tersebut dikelaskan berlokasi di Kabupaten Muaro Jambi yang berjarak sekitar 35 km dari Kota Jambi. BMKG menyebut, langit yang menjadi kemerahan ini disebabkan oleh hamburan mie atau Mie Scattering.
Istilah tersebut berarti hamburan sinaran matahari oleh partikel mengapung di udara yang berukuran kecil (aerosol).
Dari hasil analisis citra satelit Himawari-8 pada Sabtu (21/9) lalu, terdapat banyak titik panas dan sebaran asap yang tersebar di sekitar Muaro Jambi.
Menurut BMKG, wilayah lain yang juga terdampak Karhutla tampak berwarna kecokelatan dari satelit. Namun, kondisi di Muaro Jambi menunjukkan warna putih atau berarti terdapat lapisan asap yang sangat tebal.
Konsentrasi debu partikulat polutan berukuran lebih kecil dari 10 mikrometer (μm) sangat tinggi di sekitar Jambi, Palembang & Pekanbaru. Namun langit menjadi merah disebabkan oleh partikulat dominan berukuran lebih dari 0,7 μm. Sementara mata manusia hanya dapat melihat para spektrum visible yakni 0,4 hingga 0,7 μm.
"Ini data tadi pagi di Muaro Jambi, terjadinya hotspot 430 yang validitasnya di atas 80 persen. Jadi memang di sana banyak sekali titik api," kata Agus kepada CNNIndonesia.com, Minggu (22/9).
Sebelumnya, BMKG mencatat pada karhutla yang terjadi pada 2015 di Palangkaraya juga menyebabkan hal yang serupa. Hanya saja langit tidak sampai berubah menjadi merah melainkan oranye. Hal tersebut berarti ukuran debu partikel polutan (aerosol) saat itu dominan lebih lebih halus daripada yang terjadi di langit Muaro Jambi kali ini. (ndn/age)
CNN Indonesia
September 23, 2019 at 07:45PM
https://ift.tt/32ZOERv
BMKG Tanggapi Langit Merah Jambi
Bagikan Berita Ini
0 Response to "BMKG Tanggapi Langit Merah Jambi"
Post a Comment